Batam tidak hanya terkenal dengan kota industri dan pariwisata saja, namun kota yang berdekatan dengan negara Singapura ini, masih menyimpan banyak kampung tua di dalamnya.
Setidaknya, ada 37 kampung tua yang telah diputihkan dan disertifikasi oleh PemKot dan Badan Pertanahan Kota Batam, yang ditandai dengan dibuatkannya gapura dan batas wilayah dari kampung tua tersebut.
Hal ini tertuang dalam Peraturan Daerah Kota Batam nomor 2 Tahun 2014, tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Batam Tahun 2004-2014, bahwa Kampung Tua dan Perkampungan Tua, termasuk ke Kawasan Cagar Budaya. Makanya perlu dijaga dan dilestarikan.
Kalau menilik ke belakang, Pulau Batam sudah ada sejak dulunya. Ia masih berbentuk hutan dengan topografi tanah bauksit yang berbukit-bukit.
Penduduk aslinya adalah suku Melayu atau disebut juga suku anak laut, yang mendiami wilayah pesisir pantai.
Mereka mendirikan rumah apung dengan palang kokoh di bawahnya dan berprofesi sebagai nelayan. Sedangkan di daratan, mereka mendirikan bangunan semi permanen.
“Kampung Tua adalah tempat tinggal asli penduduk Batam, yang mengandung nilai histori, budaya setempat dan juga agama”.
Seiring berjalannya waktu, Batam mulai kedatangan suku Bugis yang mendiami wilayah Nongsa, dan suku Tionghoa yang mencoba peruntungan usaha di Batam.
Mereka hidup berbaur dengan masyarakat Melayu tanpa memandang suku, budaya dan agama.
Kampung Tua Tanjung Riau
Sekitar tahun 70-an, Batam mulai dikembangkan oleh Prof. Dr.Ing Ir. H Bacharuddin Jusuf Habibie, atau Pak Habibie, yang ingin menjadikan Batam satu wilayah industri termaju di Indonesia, yang tak kalah dari Singapura.
Kondisi ini disebabkan letak Kota Batam yang strategis, dekat lalu lintas perdagangan.
Oleh sebab itu, Presiden kemudian mengeluarkan Keppres nomor 74/1970, tentang Pengembangan Pembangunan Pulau Batam, yang sekaligus menjadi cikal dasar terbentuknya Otorita Batam.
Batam pun mulai berkembang dengan berdirinya industri-industri, dan kantor pemerintahan, yang perlahan menggusur pemukiman penduduk asli.
Sebagian warga masih bertahan dengan tidak menghilangkan ciri khas pemukiman mereka.
Selain itu, di beberapa titik terdapat tanah hibah yang berdekatan dengan keberadaan kampung tua.
Maka dari itu, agar perolehan hak dan legalitas kepemilikan akan Kampung Tua lebih jelas dan tertata, dibuatkanlah gapura dan batas wilayah atas masing-masing kampung tua tersebut.
37 Kampung Tua Batam antara lain :
Kampung Tua Nongsa Pantai
Kampung Tua Bakau Serip
Kampung Tua Kampung Terih
Kampung Tua Teluk Mata Ikan
Kampung Tua Kampung Melayu Batu Besar
Kampung Tua Kampung Tengah
Kampung Tua Kampung Jabi
Kampung Tua Kampung Batu Besar
Kampung Tua Tanjung Bemban
Kampung Tua Panglong
Kampung Tua Teluk Nipah
Kampung Tua Kampung Panau
Kampung Tua Teluk Lengung
Kampung Tua Telaga Punggur
Kampung Tua Belian
Kampung Tua Tanjung Piayu
Kampung Tua Bagan
Kampung Tua Setengar
Kampung Tua Tembesi
Kampung Tua Tanjung Gundap
Kampung Tua Tiawangkang
Kampung Tua Dapur 12
Kampung Tua Sei Binti
Kampung Tua Sei Lekop
Kampung Tua Cunting
Kampung Tua Tanjung Riau
Kampung Tua Patam Lestari
Kampung Tua Mentarau
Kampung Tua Air Raja
Kampung Tua Tanjung Sengkuang
Kampung Tua Sei Tering
Kampung Tua Batu Merah
Kampung Tua Tanjung Uma
Kampung Tua Teluk Air
Kampung Tua Bengkong Laut
Kampung Tua Bengkong Sadai
Kampung Tua Tanjung Buntung
Saat ini, Kampung Tua kerap dijadikan wisata edukasi masyarakat Batam, yang ingin mengulik histori dari pulau yang banyak memiliki pantai ini
Hal senada juga di lakukan masyarakat Bugis yang sangat dekat dengan suku Melayu. Suku Bugis beberapa kali mengadakan event bertajuk Muhibah Bugis Melayu Serumpun, yang diisi dengam silaturahmi sekaligus ziarah ke makam nenek moyang dan tetua adat yang masih memiliki garis keturunan.
Penasaran dengan Kampung Tua ini? Boleh banget wisata edukasi ke Batam, Kepulauan Riau.
Discussion about this post